Apa Itu Buta Warna? Penyebab, Gejala, dan Solusi

by

Banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka mengalami buta warna, terutama jika gejalanya ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Padahal, kondisi ini bisa berdampak besar dalam pekerjaan, pendidikan, dan kehidupan sosial—terutama ketika persepsi warna menjadi hal yang penting. Untuk memahami lebih jauh, mari kita bahas secara lengkap apa itu buta warna, apa penyebabnya, dan solusi apa saja yang bisa dilakukan.

Apa Itu Buta Warna?

Buta warna atau color vision deficiency adalah gangguan pada mata yang membuat seseorang kesulitan membedakan warna tertentu, seperti merah dan hijau atau biru dan kuning. Kondisi ini terjadi karena kelainan pada sel kerucut (cone cell) di retina yang bertugas mengenali warna.

Gangguan ini bisa bersifat genetik (bawaan sejak lahir) maupun didapat karena penyakit, cedera, atau efek samping obat. Meskipun tidak menyebabkan kebutaan total, buta warna dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari, seperti memilih pakaian, memahami peta berwarna, hingga pekerjaan yang memerlukan akurasi warna.

Kebanyakan penderita tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi ini, terutama jika gejalanya ringan. Oleh karena itu, penting untuk memahami jenis, penyebab, dan solusi yang tersedia agar dapat menangani buta warna dengan lebih baik.

Mengapa Buta Warna Terjadi?

1. Faktor Genetik (Bawaan Lahir)

Sebagian besar kasus buta warna disebabkan oleh faktor keturunan. Kondisi ini diturunkan melalui kromosom X, sehingga lebih banyak dialami oleh laki-laki. Perempuan umumnya menjadi pembawa (carrier) dan jarang mengalami kondisi ini secara akibat faktor genetik.

Misalnya, jika seorang ibu membawa gen buta warna, anak laki-lakinya memiliki peluang 50% untuk mewarisi kondisi tersebut. Buta warna genetik biasanya sudah ada sejak lahir dan tidak mengalami perubahan sepanjang hidup.

2. Faktor Non-Genetik (Didapat)

Selain karena keturunan, buta warna juga bisa muncul akibat:

  • Penyakit mata seperti glaukoma, katarak, atau degenerasi makula
  • Kerusakan saraf optik atau retina akibat cedera atau tumor
  • Efek samping obat tertentu, seperti hydroxychloroquine
  • Paparan bahan kimia atau racun
  • Penuaan, yang dapat mempengaruhi persepsi warna, meski tidak selalu berujung pada buta warna

Berbeda dengan buta warna bawaan, buta warna non-genetik bisa terjadi pada satu mata saja dan berkembang seiring kondisi penyakit utama yang menjadi pemicunya.

Baca Juga: Degenerasi Makula di Usia Muda: Penyebab dan Pencegahan

Jenis-Jenis Buta Warna

Buta warna diklasifikasikan berdasarkan jenis sel kerucut (cone cell) yang bermasalah:

1. Buta Warna Merah-Hijau

Jenis buta warna paling umum adalah:

  • Protanopia / Protanomaly: kesulitan melihat warna merah
  • Deuteranopia / Deuteranomaly: kesulitan melihat warna hijau

Penderita cenderung sulit membedakan warna coklat, oranye, hijau, dan merah, terutama saat warnanya tidak terang.

2. Buta Warna Biru-Kuning

Buta warna biru-kuning termasuk yang jarang terjadi, dan jenisnya antara lain:

  • Tritanopia: tidak dapat membedakan warna biru dan kuning
  • Tritanomaly: warna biru terlihat kehijauan dan sulit membedakan kuning dengan merah muda

3. Monochromacy / Achromatopsia

Jenis paling langka dan parah, di mana penderita hanya dapat melihat warna dalam gradasi abu-abu. Kondisi ini sering disertai dengan gangguan penglihatan lainnya seperti nystagmus, kepekaan tinggi terhadap cahaya, dan ketajaman penglihatan rendah.

Tanda dan Gejala Buta Warna

Gejala buta warna bisa sangat ringan hingga berat, tergantung jenis dan tingkat keparahannya. Berikut beberapa tanda umum:

  • Sulit membedakan warna yang mirip, seperti merah dan hijau, atau biru dan ungu
  • Warna tampak kusam atau berbeda dari kenyataan
  • Anak yang tidak mampu menyebutkan warna dengan benar saat belajar
  • Penderita cenderung memilih pakaian atau benda dengan kombinasi warna yang tidak sesuai

Menariknya, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengalami buta warna hingga dewasa, terutama jika gejalanya ringan.

Siapa yang Berisiko?

Beberapa kelompok yang lebih berisiko mengalami buta warna adalah:

  • Laki-laki (lebih dari 90% kasus buta warna genetik terjadi pada pria)
  • Anak dari orang tua dengan riwayat buta warna
  • Penderita penyakit kronis seperti diabetes, Alzheimer, atau multiple sclerosis
  • Pengguna obat tertentu dalam jangka panjang
  • Pekerja di lingkungan dengan paparan zat kimia berbahaya

Baca Juga: Apakah Retinopati Diabetik Bisa Menyebabkan Kebutaan? Ini Penjelasannya

Bagaimana Cara Diagnosis Buta Warna?

Diagnosis buta warna dilakukan melalui tes sederhana oleh dokter mata, biasanya menggunakan tes Farnsworth Munsell. Pasien akan diminta melihat lingkaran berisi titik-titik warna yang membentuk angka atau pola.

Jika tidak dapat melihat angka atau bentuk yang tersembunyi di dalam titik-titik tersebut, maka besar kemungkinan pasien mengalami buta warna. Tes tambahan dapat dilakukan untuk mengetahui jenis dan tingkat keparahan buta warna secara lebih detail.

Apakah Buta Warna Bisa Diobati?

Untuk buta warna karena faktor genetik, saat ini belum ada metode pengobatan yang dapat menyembuhkan sepenuhnya. Namun, penderita dapat dibantu melalui pendekatan adaptif, seperti:

  • Kacamata atau lensa kontak khusus yang menyaring warna dan meningkatkan kontras
  • Aplikasi atau alat bantu visual digital yang membantu identifikasi warna dalam kehidupan sehari-hari
  • Pelatihan adaptasi untuk membantu anak-anak atau dewasa dalam pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
  • Penyesuaian di lingkungan kerja atau sekolah, seperti mengganti kode warna dengan simbol

Sementara untuk buta warna yang non-genetik, pengobatan tergantung pada penyebab utamanya. Bila disebabkan oleh penyakit atau obat tertentu, pengobatan dan penghentian obat bisa memperbaiki penglihatan warna.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda merasa kesulitan membedakan warna tertentu, atau mengalami perubahan dalam persepsi warna secara tiba-tiba, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter mata. Pemeriksaan mata menyeluruh, termasuk tes penglihatan warna, sangat disarankan terutama untuk anak-anak sebelum memasuki usia sekolah. 

Deteksi dini akan sangat membantu dalam menentukan cara adaptasi yang tepat sejak awal. Meskipun buta warna yang bersifat genetik tidak dapat disembuhkan, gangguan penglihatan warna yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi mata tertentu dapat ditangani melalui pengobatan dan perawatan yang sesuai.

Solusi Visual Terbaik di Rumah Sakit Mata Undaan

Untuk Anda atau anggota keluarga yang mengalami buta warna, Rumah Sakit Mata Undaan menyediakan layanan lengkap melalui program Low Vision dan Optimasi Visual. Di sini, pasien akan mendapatkan pemeriksaan mendalam, edukasi, serta alat bantu visual yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Tim dokter spesialis kami siap membantu Anda beradaptasi dengan kondisi penglihatan terbatas agar tetap dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan percaya diri. Jangan ragu untuk berkonsultasi dan temukan solusi terbaik bagi penglihatan Anda.

Segera jadwalkan pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk mendapatkan deteksi dini dan penanganan yang tepat guna melindungi penglihatan Anda! Nikmati kemudahan membuat janji temu dengan dokter melalui aplikasi BersamaMU dari Rumah Sakit Mata Undaan. Unduh aplikasinya sekarang di Google Play untuk Android dan App Store untuk iPhone!

Artikel ini telah ditinjau oleh dr. Kitriastuti, SpM

Lainnya